Desain Grafis


DESAIN GRAFIS SEBAGAI PERUBAH BUDAYA



Seiring berjalannya waktu, teknologi semakin berkembang dan kebudayaan juga makin maju seiring berkembangnya berbagai macam teknologi tersebut. Sebuah kebudayaan tidak pernah statis, dia berubah dan berkembang karena berbagai pengaruh, jadi tidak ada kebudayaan itu yang mundur ke belakang.

Budaya atau Kebudayaan merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan ide atau gagasan pikiran manusia dan didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan bersifat abstrak, perwujudan Kebudayaan meliputi seluruh benda yang di buat oleh manusia berdasarkan akal pikiran dari manusia tersebut dan di realisasikan dengan bentuk atau wujud berupa benda, pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain dengan tujuan untuk membantu manusia itu sendiri.

Kebudayaan yang terbentuk itupun juga berubah sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga akar kebudayaan itu tidak lagi terlihat dengan jelas. Misalnya kebudayaan tradisional gampang punah jika tidak didokumentasikan dan dilindungi. Kebudayaan yang bersifat fisik sering hancur oleh ulah manusia atau bencana alam, seperti gempa bumi, banjir  dan sebagainya. (Sutikno : 2008)

Budaya memberi pengaruh terhadap Desain Grafis

 

Pada dasarnya Desain Grafis adalah sebagai salah satu aspek atau kegiatan budaya. Budaya sebenarnya adalah merupakan peradaban yang terus berkembang dan pembentuk kebiasaan atau pola pikir masyarakat dan memberikan pengaruh yang luas pada kehidupan bermasyarakat. Dan kehidupan masyarakat tersebut bagian kecilnya adalah perkembangan Desain Grafis sebagai wujud komunikasi bermasyarakat.

Dalam membuat Design Grafis, tentunya ada unsur-unsur yang berpengaruh dan sangat membantu desainer dalam membuat sebuah karya desain grafis. Diantara banyak unsur, ada dua unsur yang sangat berpengaruh, yaitu, kebudayaan dan teknologi.

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen sehingga juga memberikan pengaruh pada produsen untuk mengkonsep produk atau jasa. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Selama ini kebudayaan dan teknologi memberikan pengaruh kuat pada desain grafis, contohnya adalah Periklanan. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.


Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. (Ebert dan Griffin: 1995)

Desainer menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan artinya, dan sering kali memanfaatkan norma-norma budaya bersama, nilai-nilai, sejarah dan bahasa. Penggunaan simbol atau tokoh heroik dari masa lalu untuk mendukung atau mewakili sudut pandang atau kualitas tertentu. Selain itu, kebudayaan yang digunakan dalam desain grafis secara tidak sengaja telah memberitahukan jati diri desainernya. Faktor budaya memberikan pengaruh luas dan dalam pada Desain Grafis, misalnya pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial pembeli agar dapat memuaskan keinginan dan perilaku konsumen.

Seni atau lebih spesifik Desain Grafis tidak lepas dari manusia, terbuktinya dari jaman dahulu hingga sekarang banyak sekali karya-karya yang telah dibuat. Dahulu manusia-manusia prasejarah sudah mengenal seni rupa, buktinya terdapat lukisan-lukisan di dinding yang menggambarkan kehidupan mereka di jaman dahulu. Orang-orang dahulu lebih paham terhadap gambar-gambar/simbol-simbol karena pada waktu itu belum terdapat tulisan. Tulisan sendiri pun muncul berawal dari simbol-simbol yang baru berubah menjadi huruf-huruf atau tulisan. Termasuk huruf alphabet yang ada sekarang pada awalnya tulisan tersebut berasal dari simbol-simbol jaman dahulu.

Budaya akan digunakan sebagai sumber pemikiran untuk mengambangkan suatu desain grafis. Banyak budaya kita yang menarik digunakan sebagai desain grafis,sebaagai contohnya adalah kerajinan kain daerah. Kerajinan kain daerah merupakan warisan nenek moyang kita yang sangat indah untuk di jadikan sebagai sumber pikiran dalam membuat desain grafis, contohnya adalah batik dan songket.

Bukti lain dari pengaruh Budaya terhadap Desain grafis di Indonesia sangat banyak salah satunya adalah Wayang Kulit. Wayang kulit sebenarnya sudah lama ada di Indonesia terutama di Jawa. Wayang kulit awalnya adalah cerita narasi dari kitab dari India yang termodifikasi dengan tampilan visual dan penyajiannya dengan wayang sebagai objek ceritanya.

Contoh lain adalah lambang agama Shinto yaitu Yin dan Yang menggunakan grafis warna hitam dan putih dalam mengaplikasikan simbolnya, yang bermakna kebaikan dan keburukan merupakan suatu keseimbangan.

Bagaimana Desain Grafis memberikan pengaruh terhadap perubahan Budaya?


Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan teks dan atau gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan. Desain grafis melingkupi segala bidang yang membutuhkan penerjemahan bahasa verbal menjadi perancangan secara visual terhadap teks dan gambar pada berbagai media untuk menyampaikan pesan-pesan kepada komunikan seefektif mungkin. Seperti jenis komunikasi lainnya desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan atau pun produk yang dihasilkan (desain/rancangan) yang pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur, juga diterapkan dalam media elektronik yang disebut sebagai “desain multimedia.”

Design grafis, seperti disiplin ilmu lainnya, terkait dengan teknologi di berbagai tingkatan yang diproduksi mempengaruhi perkembangan gaya (style), seni dan masyarakat secara keseluruhan, yang pada gilirannya tercermin dalam bentuk desain. Desainer memanfaatkan teknologi yang diaplikasikan ke berbagai media untuk proyek-proyek mereka. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.

Teknologi juga memiliki andil yang cukup besar untuk perkembangan desain grafis. Dengan semakin majunya teknologi maka semakin mudah kita untuk menciptakan karya desain grafis dengan waktu yang singkat kita dapat menghasilkan banyak desain grafis sehingga lebih efisien.

Majalah Life menganggap mesin cetak adalah penemuan yang paling luar biasa pada 1000 tahun terakhir. Penting untuk disadari bahwa abjad mungkin merupakan kunci keberhasilan mesin cetak. Dampak dari mesin cetak Gutenberg di Eropa hampir sama dengan perkembangan tulisan, penemuan abjad atau Internet, hingga ke efeknya di masyarakat. Seperti tulisan tidak menggantikan berbicara, percetakan tidak pernah mencapai posisi kekuasaan yang total. Naskah yang ditulis tangan terus dihasilkan, dan berbagai macam model grafik komunikasi terus menerus memengaruhi satu sama lain.

Mesin cetak juga merupakan faktor pendiri dari himpunan ilmuwan yang dengan mudah menceritakan penemuan mereka lewat pendirian jurnal ilmiah yang disebarkan secara luas. Hal ini membantu mereka membawa masuk revolusi ilmiah. Kepengarangan menjadi lebih berarti dan menguntungkan karena adanya mesin cetak. Sebelumnya, pengarang bukan sesuatu yang penting, banyak karya tulisan sebelum adanya mesin cetak, nama pengarang secara menyeluruh hilang. Proses mencetak menjamin bahwa informasi yang sama jatuh pada halaman yang sama, halaman yang diberi nomor, daftar isi, dan indeks menjadi sesuatu yang biasa, meskipun mereka dulunya belum dikenal. Proses membaca juga diubah, ketersediaan bahan cetak yang luas juga menyebabkan kenaikan drastis di tingkat melek huruf dewasa di seluruh Eropa.

Pengaruh seorang kreatif dalam hal ini desainer grafis sangat besar seperti yang disampaikan David B. Berman melalui buku bertajuk Do Good (Design): Bagaimana Desainer Dapat Mengubah Dunia, mencoba menelaah berbagai hal terkait bidang tersebut, termasuk pengaruh kehadirannya di dunia. David ahli desain grafis dan strategi komunikasi yang juga pernah menjadi penasehat tinggi PBB. Menurutnya, seorang desainer grafis haruslah memiliki kepedulian dan kesadaran moral sehingga kelak tidak akan menghasilkan karya cipta yang justru berpotensi destruktif terhadap alam dan kehidupan manusia. Melalui bukunya, David Berman berharap dapat menggugah siapapun, khususnya para desainer untuk menjadi agen perubahan sosial demi kondisi dunia yang lebih baik.

Sugi Lanus, pemerhati budaya yang mencoba menelaah desain grafis dari kacamata sosial budaya, yaitu betapa desainer grafis berperan besar dalam mengonstruksi persepsi manusia kini. Seseorang yang semula ‘sederhana’ dapat menjadi konsumtif karena pengaruh citraan yang dihadirkan lewat sebentuk gambar maupun simbol-simbol di dalam suatu desain produk.

Menurut Sugi, para desainer grafis harus memerangi kekerasan visual yang kini sering ada dalam aneka tayangan dan iklan. Kekerasan tersebut tersampaikan melalui ilustrasi visual dan suara yang tidak peka terhadap kondisi sosial budaya khalayak penyimaknya. Dan kedepan, masyarakat akan semakin cerdas dan kritis dalam menilai setiap karya yang hadir di ruang publik.

Budaya memang sering berubah, ada beberapa faktor yang mendorong perubahan kebudayaan:

1.   Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).

2.    Adanya individu-individu yang mudah menerima perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.

3.      Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah. (Beni Azhari)


Ketiga point tersebut selalu berkaitan satu sama lain, dan Desan Grafis berada pada point pertama. Desain Grafis dekat dengan teknologi, dan sebenarnya yang dimaksud teknologi dapat merubah kebudayaan adalah konten-konten yang menggunakan teknologi penuh dengan ide baru, buku-buku baru, gaya desain baru, ilustrasi yang spektakuler, dan sebagainya.

Di lingkungan masyarakat luas, aspek keterbukaan budaya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lingkup proses transformasi budaya secara keseluruhan. Kenyataan itu dapat diamati melalui berkembangnya gaya hidup masyarakat Indonesia secara modern, secara umum ditandai oleh adanya perubahan kebiasaan membaca karya cetakan, baik berupa buku pelajaran, buku sastra, buku ceritera bergambar, maupun koran dan majalah.

Iklan, buku dan majalah merupakan konsumsi utama masyarakat modern yang secara bertahap mulai terbentuk karena terjadinya arus informasi dari pelbagai negara. Dalam kurun satu abad, gaya visual periklanan, maupun gaya visual ilustrasi buku dan majalah senantiasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses transformasi budaya yang tengah berlangsung. Gaya-gaya desain yang tumbuh dan berkembang di Eropa, secara cepat mewarnai pelbagai macam tampilan penerbitan di tanah air. (Agus Sachari: 2005)

Budaya yang masih segar karena pengaruh desain grafis dan teknologi adalah para calon legeslatif yang mengenalkan dirinya melalui tampilan visual. Perburuan suara untuk pemenangan partai dan Caleg selalu mengharu-biru hampir setiap 5 tahun sekali. Belum lagi pemilihan Gubernur, Bupati, Kepala Desa sampai RW semua memanfaatkan poster, baliho untuk mengenalkan Visi Partai atau Visi Seorang Bakal Calon. Kampanye sebuah ajang pengenalan diri untuk menarik simpati massa. Berlomba-lomba Caleg dan Partai mencetak poster, baliho, selebaran, Billboard, stiker, bendera kaos. Perputaran uang untuk publikasipun diperkirakan mencapai trilyunan rupiah. Indonesia laksana pameran poster terbesar di dunia. Dari Ujung Pulau Sumatra sampai Papua ribuan caleg dan jutaan poster bertebaran memenuhi ruang  publik. Perputaran uang untuk mencetak gambar-gambar itu boleh jadi bernilai fantastis. Tapi itulah kenyataan, popularitas memang harus diperjuangkan dengan trik-trik publikasi di ruang publik yang di dalamnya termasuk trik-trik komunikasi visual yang menjadi budaya baru di Indonesia.


*dari berbagai sumber

Posted by yulius widi nugroho

0 komentar: